Monday, November 9, 2009



Aku tidak menunggu
senyum di langit senja menggantung harapku
Aku tidak menunggu
kebisuan yang mengikat membuatku bingung sendiri
Aku tidak menunggu
gelas-gelas pecah ketika kusampai pada saat rindu ku ingin memuncah
Bisu itu..
Rindu itu..
Senyum itu..
Seperti air laut yang tak pernah melegakanku
Asin, keruh, gatal, membuatku keranjingan ingin menggaruk
namun sayangnya itu adalah sebuah rasa yang abstrak
Dan kini
Ketika senja telah mengintipku penuh curiga
Di sudut lain menertawakan kebodohanku
Aku tetap di sini
Aku menunggu rasa abadi itu menjemputku

***

Ia bermain-main sendiri
Termenung dalam hantu kecintaan yang semu
Yang ia takuti, namun terlalu indah tampaknya untuk terlewati
Rasa itu menggoyang pusat otaknya
Menebalkan urat malunya
Membekukan darahnya dalam suatu waktu tertentu
Sungguh

No comments:

Post a Comment