Monday, December 21, 2009

Keajaiban Dalam Rahim Ibu oleh HARUN YAHYA



Awalnya Hanya Bersel Satu 

Makhluk hidup bersel satu yang tak terhitung jumlahnya mendiami bumi kita. Semua makhluk bersel satu ini berkembang biak dengan membelah diri, dan membentuk salinan yang sama seperti diri mereka sendiri ketika pembelahan ini terjadi.

Embrio yang berkembang dalam rahim ibu juga memulai hidupnya sebagai makhluk bersel satu, dan sel ini memperbanyak diri dengan cara membelah diri, dengan kata lain membuat salinan dirinya sendiri. Dalam kondisi ini, tanpa adanya perencanaan khusus, sel-sel yang akan membentuk bayi yang belum lahir ini akan memiliki bentuk yang sama. Dan apabila ini terjadi, maka yang akhirnya muncul bukanlah wujud manusia, melainkan gumpalan daging tak berbentuk. Tapi ini tidaklah terjadi karena sel-sel tersebut membelah dan memperbanyak diri bukan tanpa pengawasan.
                                                                                                           Sel yang Sama Membentuk Organ yang Berbeda

Sperma dan sel telur bertemu, dan kemudian bersatu membentuk sel tunggal yang disebut zigot. Satu sel tunggal ini merupakan cikal-bakal manusia. Sel tunggal ini kemudian membelah dan memperbanyak diri. Beberapa minggu setelah penyatuan sperma dan telur ini, sel-sel yang terbentuk mulai tumbuh berbeda satu sama lain dengan mengikuti perintah rahasia yang diberikan kepada mereka. Sungguh sebuah keajaiban besar: sel-sel tanpa kecerdasan ini mulai membentuk organ dalam, rangka, dan otak.

Sel-sel otak mulai terbentuk pada dua celah kecil di salah satu ujung embrio. Sel-sel otak akan berkembang biak dengan cepat di sini. Sebagai hasilnya, bayi akan memiliki sekitar sepuluh milyar sel otak. Ketika pembentukan sel-sel otak tengah berlangsung, seratus ribu sel baru ditambahkan pada kumpulan sel ini setiap menitnya.

Masing-masing sel baru yang terbentuk berperilaku seolah-olah tahu di mana ia harus menempatkan diri, dan dengan sel mana saja ia harus membuat sambungan. Setiap sel menemukan tempatnya masing-masing. Dari jumlah kemungkinan sambungan yang tak terbatas, ia mampu menyambungkan diri dengan sel yang tepat. Terdapat seratus trilyun sambungan dalam otak manusia. Agar sel-sel otak dapat membuat trilyunan sambungan ini dengan tepat, mereka harus menunjukkan kecerdasan yang jauh melebihi tingkat kecerdasan manusia. Padahal sel tidak memiliki kecerdasan sama sekali.

Bahkan tidak hanya sel otak, setiap sel yang membelah dan memperbanyak diri pada embrio pergi dari tempat pertama kali ia terbentuk, dan langsung menuju ke titik yang harus ia tempati. Setiap sel menemukan tempat yang telah ditetapkan untuknya, dan dengan sel manapun mereka harus membentuk sambungan, mereka akan mengerjakannya.


Lalu, siapakah yang menjadikan sel-sel yang tak memiliki akal pikiran tersebut mengikuti rencana cerdas ini? Profesor Cevat Babuna, mantan dekan Fakultas Kedokteran, Ginekologi dan Kebidanan, Universitas Istanbul, Turki, berkomentar:

Bagaimana semua sel yang sama persis ini bergerak menuju tempat yang sama sekali berbeda, seolah-olah mereka secara mendadak menerima perintah dari suatu tempat, dan berusaha agar benar-benar terbentuk organ-organ yang sungguh berbeda? Hal ini jelas menunjukkan bahwa sel yang identik ini, yang tidak mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, yang memiliki genetika dan DNA yang sama, tiba-tiba menerima perintah dari suatu tempat, sebagian dari mereka membentuk otak, sebagian membentuk hati, dan sebagian yang lain membentuk organ yang lain lagi.

Proses pembentukan dalam rahim ibu berlangsung terus tanpa henti. Sejumlah sel yang mengalami perubahan, tiba-tiba saja mulai mengembang dan mengkerut. Setelah itu, ratusan ribu sel ini berdatangan dan kemudian saling bergabung membentuk jantung. Organ ini akan terus-menerus berdenyut seumur hidup.

Hal yang serupa terjadi pada pembentukan pembuluh darah. Sel-sel pembuluh darah bergabung satu sama lain dan membentuk sambungan di antara mereka. Bagaimana sel-sel ini mengetahui bahwa mereka harus membentuk pembuluh darah, dan bagaimana mereka melakukannya? Ini adalah satu di antara beragam pertanyaan yang belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan.





Sel-sel pembuluh ini akhirnya berhasil membuat sistem tabung yang sempurna, tanpa retakan atau lubang padanya. Permukaan bagian dalam pembuluh darah ini mulus bagaikan dibuat oleh tangan yang ahli. Sistem pembuluh darah yang sempurna tersebut akan mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh bayi. Jaringan pembuluh darah memiliki panjang lebih dari empat puluh ribu kilometer. Ini hampir menyamai panjang keliling bumi.

Perkembangan dalam perut ibu berlangsung tanpa henti. Pada minggu kelima tangan dan kaki embrio mulai terlihat. Benjolan ini sebentar lagi akan menjadi lengan. Beberapa sel kemudian mulai membentuk tangan. Tetapi sebentar lagi, sebagian dari sel-sel pembentuk tangan embrio tersebut akan melakukan sesuatu yang mengejutkan. Ribuan sel ini melakukan bunuh diri massal.

Mengapa sel-sel ini membunuh diri mereka sendiri? Kematian ini memiliki tujuan yang amat penting. Bangkai-bangkai sel yang mati di sepanjang garis tertentu ini diperlukan untuk pembentukan jari-jemari tangan. Sel-sel lain memakan sel-sel mati tersebut, akibatnya celah-celah kosong terbentuk di daerah ini. Celah-celah kosong tersebut adalah celah di antara jari-jari kita.

Akan tetapi, mengapa ribuan sel mengorbankan dirinya seperti ini? Bagaimana dapat terjadi, sebuah sel membunuh dirinya sendiri agar bayi dapat memiliki jari-jari pada saatnya nanti? Bagaimana sel tersebut tahu bahwa kematiannya adalah untuk tujuan tertentu? Semua ini sekali lagi menunjukkan bahwa semua sel penyusun manusia ini diberi petunjuk oleh Allah.

Pada tahap ini, sejumlah sel mulai membentuk kaki. Sel-sel tersebut tidak mengetahui bahwa embrio akan harus berjalan di dunia luar. Tapi mereka tetap saja membuat kaki dan telapaknya untuk embrio.

Ketika embrio berumur empat minggu, dua lubang terbentuk pada bagian wajahnya, masing-masing terletak pada tiap sisi kepala embrio. Mata akan terbentuk di kedua lubang ini pada minggu keenam. Sel-sel tersebut bekerja dalam sebuah perencanaan yang sulit dipercaya selama beberapa bulan, dan satu demi satu membentuk bagian-bagian berbeda yang menyusun mata. Sebagian sel membentuk kornea, sebagian pupil, dan sebagian yang lain membentuk lensa. Masing-masing sel berhenti ketika mencapai batas akhir dari daerah yang harus dibentuknya. Pada akhirnya, mata, yang mengandung empat puluh komponen yang berbeda, terbentuk dengan sempurna tanpa cacat. Dengan cara demikian, mata yang diakui sebagai kamera paling sempurna di dunia, muncul menjadi ada dari sebuah ketiadaan di dalam perut ibu. Perlu dipahami bahwa manusia yang bakal lahir ini akan membuka matanya ke dunia yang berwarna-warni, dan mata yang sesuai untuk tugas ini telah dibuat.

Suara di dunia luar yang akan didengar oleh bayi yang belum lahir juga telah diperhitungkan dalam pembentukan seorang manusia dalam rahim. Telinga yang akan mendengarkan segala suara tersebut juga dibentuk dalam perut ibu. Sel-sel tersebut membentuk alat penerima suara terbaik di dunia.

Semua uraian ini mengingatkan kita bahwa penglihatan dan pendengaran adalah nikmat besar yang Allah berikan kepada kita. Allah menerangkan hal ini dalam Alquran sebagaimana berikut:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl, 16:78)

Penciptaan Kedua

Berbagai peristiwa yang telah dikisahkan dalam tulisan ini dialami oleh semua orang di dunia. Setiap manusia dipancarkan ke rahim sebagai sebuah sel sperma yang kemudian bersatu dengan sel telur, dan kemudian memulai kehidupan sebagai sel tunggal. Semua ini terjadi karena adanya kondisi yang secara khusus diciptakan di tempat tersebut. Bahkan sebelum manusia mulai mengetahui keberadaan dirinya sendiri, Allah telah memberi bentuk pada tubuh mereka, dan menciptakan manusia normal dari sebuah sel tunggal.

                                                                                                                                                                                                           Adalah kewajiban bagi setiap orang di dunia untuk merenungkan kenyataan ini. Dan kewajiban Anda adalah untuk memikirkan bagaimana anda lahir ke dunia ini, dan kemudian bersyukur kepada Allah.

Jangan lupa bahwa Tuhan kita, yang telah menciptakan tubuh kita sekali, akan mencipta kita lagi setelah kematian kita, dan akan mempertanyakan segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Hal ini amatlah mudah bagi-Nya.

Mereka yang melupakan penciptaan diri mereka sendiri dan mengingkari kehidupan akhirat, benar-benar telah tertipu. Allah berfirman tentang orang-orang ini dalam Alquran:

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pada kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yaasiin, 36:77-79)

Tuesday, November 24, 2009

"Bloggers @ MarkPlus Conference 2010"

New Wave saat ini memang dapat dikatakan sebagai way of life.
Beberapa tahun belakangan menjadi masa keemasan bagi konektor sosial yang selama ini dianggap “tabu” bagi masyarakat Indonesia khususnya. Jika dulu untuk mengutarakan perasaan kepada seorang gadis secara blak-blakan saja dianggap sangat berani menantang norma, sekarang bahkan banyak orang jauh lebih berani menampilkan perasaannya. Termasuk profil diri secara publik dalam berbagai situs jejaring sosial. Kolom status dalam facebook sebagai contohnya.
Munculnya Facebook, Twitter dan berbagai situs jejaring sosial lain menjadi media “pengubah” kepribadian manusia. Seseorang yang biasanya pendiam, bisa menjadi sosok yang sangat atraktif ketika larut dalam Facebook, rajin meng-upload foto, mengetik comment di wall teman-temannya, atau mungkin menambah friend meski hanya untuk berkenalan. Bagaimanapun “virus” jejaring sosial memang jauh lebih ampuh dan lebih cepat penyebarannya dibanding gembar gembor virus flu burung. Contohnya saya alami sendiri. Saya termasuk rajin “mengintip” layar laptop rekan-rekan saya yang banyak surfing memanfaatkan area hot spot di kampus. Hampir semua laptop yang saya lirik pasti menampilkan wall berwarna biru dan putih khas Facebook. Bahkan saat presentasi di kelas, saya juga iseng melirik layar laptop milik dosen yang terbuka di meja, dan yang saya lihat, lagi-lagi Facebook, YM, Twitter dan sebagainya.
Ini merupakan contoh nyata bagaimana zaman New Wave mulai menjadi bagian hidup kita. Internet menjadi sebuah dunia virtual yang bisa kita jadikan utopia (negeri impian) kita, untuk menghindar dari penatnya menjalani kehidupan sehari-hari yang makin memusingkan. Namun, selain menjadi utopia, jaringan ini juga bisa menjadi medium isu yang juga sangat cepat penyebarannya.
Sebut saja isu kiamat 2012 yang baru-baru ini santer diberitakan. Hmh, saya jadi ingat bagaimana rekan-rekan saya sibuk mengetikkan keyword kiamat 2012 atau akhir zaman 2012 atau ramalan suku maya dan sebagainya, di mesin pencari google. Dan akhirnya muncullah list panjang yang berkaitan dengan keyword tersebut. Atau mungkin kita ingat, beberapa waktu lalu ketika heboh lagu Gaby? Lebih dari dua bulan media asyik membahasnya, bahkan hingga saling bertarung opini ahli untuk menguatkan spekulasinya tentang sosok Gaby. Darimana semua itu bersumber? Mengapa sesuatu itu menjadi wah dan sangat menarik untuk diperbincangkan, apa sebabnya? The virtual reality is the answer.
Zaman New Wave merupakan suatu paradoks. Dunia itu maya, namun ada dalam sebuah kenyataan. Dan saya percaya, sesuatu yang absurd lebih nyaman dan mudah diterima seseorang. Arredondo dalam bukunya Communicating Effectively menyatakan “perception is more powerful than fact.” Alasannya, karena mimpi itu selamanya indah. Dan dunia virtual adalah dunia mimpi (baca: maya) yang menggiring kita memasuki zaman baru yang disebut New Wave. Saya percaya akan kekuatan mimpi, itulah mengapa saya percaya bahwa konektor sosial dan berbagai item dalam virtual reality (realitas virtual: kenyataan yang sebenarnya maya) ini memiliki kekuatan yang sangat besar untuk memengaruhi seseorang agar duduk, diam, mendengarkan, dan memelototi layar dalam waktu yang lama plus menuruti gaya hidup yang berkembang didalamnya. Bahkan dosen saya yang paling menyenangkan pun, tidak akan mampu membuat seluruh kelas yang terdiri dari enam puluh kepala melakukan hal itu. namun virtual world, mampu melakukannya.
Dari penalaran singkat di atas, saya percaya, suatu saat nanti virtual world akan benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan mungkin di masa yang akan datang, dunia kita akan “bermigrasi” seluruhnya ke zaman baru yang disebut the new wave ini, who knows?

Sunday, November 22, 2009

Jangan jadi Bangsa Paranoid gara-gara Film 2012!

Di sisi lain, saya cukup memberi perhatian pada “saran” pencekalan film 2012 di Indonesia dan khususnya MUI Malang yang sudah lebih dulu mengambil sikap. Sesungguhnya, kalau kita melihat dari kacamata masyarakat sebagai receiver informasi, menurut saya media massa merupakan pihak yang lebih bertanggung jawab akan kekhawatiran terjadinya ketakutan dan syirik di masyarakat. Bukan semata gara-gara sebuah film. Mengapa?
Coba saja tengok, berapa kali dalam satu minggu anda melihat, mendengar atau membaca berita tentang ramalan kiamat dan berbagai spekulasinya? Atau ada berapa list artikel tentang kiamat dan ramalan suku Maya yang muncul saat anda mengetikkan keyword itu di google?
Kalau saya pribadi, lebih dari lima kali dalam seminggu saya menonton program di televisi yang menyiarkan pembahasan tentang prediksi kiamat 2012. Setidaknya menyentil masalah itulah. Tadi sore (22/11/09) saya juga sempat menonton televisi, bahkan di sebuah program infotanment, disiarkan “berita” investigatif tentang kiamat. Ngerinya, di infotainment itu ada satu pernyataan dari sang narator yang secara tersirat saya tangkap. Intinya, ia mempertanyakan kepada pemirsa: “bagaimana nasib manusia ketika Indonesia tenggelam dimakan ketinggian air laut yang hampir melebihi daratan?” Tak lupa ia juga membeberkan berbagai fakta yang entah dihimpun darimana untuk membuat suasana menjadi semakin mencekam.
Salah satu program infotainment juga pernah menyampaikan ramalan dari salah satu peramal terkenal di Indonesia yang mengatakan bahwa ia—peramal tersebut—tidak bisa lagi menerawang kejadian setelah 2012, yang secara tidak langsung ditangkap masyarakat bahwa pada saat itu akan benar-benar terjadi kiamat. Selian itu, juga ada komentar ahli LAPAN yang menyiratkan persetujuan akan akhir dunia pada 2012 dengan alasan dari bidang astronomis yang sangat deklamatis. Ck..ck..ck..
Bagaimana masyarakat tidak resah? Jika setiap waktu mereka disuguhi spekulasi dan berita-berita “menarik” tentang kelanjutan isu kiamat. Tak heran, setiap informasi tentang kiamat menjadi bahan yang wajib untuk disimak. Di program acara lain (kali ini program berita) bahkan beberapa kali sempat dibahas tentang adanya tanda-tanda kiamat dan berbagai kejadian (menurut saya memang sudah sering terjadi sejak zaman dahulu kala) yang agaknya disangkutpautkan dengan heboh spekulasi kiamat 2012, contohnya berita jatuhnya meteor di Sulawesi Selatan.
Dari sini, kita bisa menilai, sebenarnya apakah tepat jika kita menutup mata akan keadaan seperti ini? Kita meributkan hadirnya film gawean Barat karena takut masyarakat Indonesia paranoid atau mungkin Syirik, sementara anak negeri kita sendiri, di media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat yaitu televisi dan internet, dengan gamblang mencekoki kita berbagai ulasan tentang ke-parno-an itu. Saya harap, kita bisa lebih mafhum dan lebih pandai memilah program yang sesuai dengan keyakinan kita. Dan tentunya kita percaya bahwa bangsa Indonesia, khususnya kaum muda Indonesia bukanlah manusia penakut dan lemah yang parno hanya karena sebuah isu yang tak bisa dijamin kebenarannya!

“Demam” kiamat, 2012 jadi Primadona

Film 2012 belakangan jadi primadona di bioskop-bioskop seantero dunia. Film yang mengangkat tema terjadinya mahabencana yang melanda bumi pada tahun 2012 langsung menjadi incaran pecinta film, bahkan orang-orang yang hanya sekedar penasaran akan film 2012. Film ini konon menceritakan visualisasi kiamat di muka bumi ini. Beberapa minggu terakhir memang pantas film 2012 dijuluki the most wanted, terlihat dari posisi yang merajai box office dan meraup keuntungan lebih dari $400 juta.
“Demam” film 2012 juga melanda masyarakat Indonesia. Antrian panjang terlihat di counter-counter bioskop yang menjual tiket film 2012 di seluruh pelosok negeri. Entah berapa kali saya mendengar keluhan rekan-rekan saya karena lagi-lagi harus menelan kekecewaan gagal menyaksikan film besutan sutradara “spesialis” film science fiction, Roland Emerich itu. “Udah ngantri dari jam sembilan, pas udah di depan counter eh ternyata mbanya bilang cuma sisa yang midnight,” cerita salah satu rekan dari Universitas Merdeka Malang.
Semangat masyarakat untuk menyaksikan film 2012 turut menghadirkan kekhawatiran berbagai pihak akan terjadinya salah persepsi dan ketakutan publik tentang datangnya kiamat. MUI kota Malang beberapa waktu lalu mengeluarkan maklumat agar masyarakat tidak menonton film 2012 karena ditakutkan akan membuat syirik. Senada dengan itu, saya juga mendengar desas-desus akan ditariknya film 2012 dari seluruh bioskop di Indonesia.
Sebenarnya agak riskan kalau kita menghakimi film 2012 sebagai momok yang dapat menciptakan para musyrikin baru dan manusia penakut di negeri ini. Apalagi jika dibarengi berbagai tindakan anarkis sebagai bentuk kemarahan umat akan hadirnya film 2012. Bagi saya (yang sudah pernah menonton film tersebut) film 2012 adalah film yang tak berbeda dari film fiksi lain seperti The Day After Tomorrow karya sutradara yang sama. Jika dalam TDAT kehancuran peradaban dikarenakan datangnya zaman es baru akibat pemanasan global, film 2012 menceritakan berakhirnya peradaban karena pergeseran lempeng bumi yang menciptakan tsunami besar. Keduanya menghadirkan tema yang sama, yaitu kehancuran peradaban manusia karena kekuatan alam. Hanya saja dengan sudut pandang yang berbeda. Lantas mengapa 2012 begitu fenomenal dan meresahkan sebagian masyarakat?
Pertama, mungkin karena berlatarbelakang ramalan suku Maya. Suku di Amerika Tengah yang selama ini dipercaya memiliki peradaban tinggi apalagi soal ramal-meramal. Itulah yang mungkin menjadi dasar kekhawatiran komunitas agama seperti MUI yaitu akan membuat syirik—percaya pada ramalan alias tidak percaya kepada kekuasaan Allah—karena menonton 2012. Kedua, kesalahan terbesar dalam film Roland Emerich ini adalah mengangkat judul 2012 untuk melabeli karyanya.
Seperti yang saya bicarakan sebelumnya, sebenarnya film ini tidaklah berbeda dengan TDAT. Namun karena judulnya sudah kontroversial, jadilah publik semakin penasaran dengan film ini. Satu lagi yang saya herankan, yaitu waktu rilis film ini yang sangat pas dengan gembar-gembor ramalan kiamat suku Maya. Seingat saya, ramalan ini baru mencuat di media pada setengah tahun terakhir. Semoga isu ini bukanlah semata spot iklan untuk mendongkrak film 2012.

Monday, November 9, 2009



Aku tidak menunggu
senyum di langit senja menggantung harapku
Aku tidak menunggu
kebisuan yang mengikat membuatku bingung sendiri
Aku tidak menunggu
gelas-gelas pecah ketika kusampai pada saat rindu ku ingin memuncah
Bisu itu..
Rindu itu..
Senyum itu..
Seperti air laut yang tak pernah melegakanku
Asin, keruh, gatal, membuatku keranjingan ingin menggaruk
namun sayangnya itu adalah sebuah rasa yang abstrak
Dan kini
Ketika senja telah mengintipku penuh curiga
Di sudut lain menertawakan kebodohanku
Aku tetap di sini
Aku menunggu rasa abadi itu menjemputku

***

Ia bermain-main sendiri
Termenung dalam hantu kecintaan yang semu
Yang ia takuti, namun terlalu indah tampaknya untuk terlewati
Rasa itu menggoyang pusat otaknya
Menebalkan urat malunya
Membekukan darahnya dalam suatu waktu tertentu
Sungguh

Tuesday, October 6, 2009

Malaysia "Menggelitik" Kita Lagi
Belum selesai urusan klaim tentang Lagu rasa sayange serta Tari Pendet yang diakui sebagai budaya Malaysia dalam sebuah mini video pariwisata, lagi-lagi Indonesia "kecolongan".
Bukan menyoal budaya kali ini, namun justru tentang hal yang cukup membuat geleng kepala, yakni soal makanan. Media massa banyak mengabarkan bahwa persoalan baru yang digarap Malaysia merupakan bentuk balas dendam Malaysia terhadap tuduhan Indonesia tentang klaim budaya.
Entahlah, yang jelas, Ng Yen Yen (foto bawah), menteri pariwisata Malaysia berniat untuk mendaftarkan beberapa makanan yang diakui merupakan makanan khas Malaysia, agar disahkan menjadi kekayaan budaya Malaysia layaknya batik yang telah sah menjadi warisan kekayaan dunia asli Indonesia yang disakhan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 lalu.




Indonesia sepertinya harus bekerja keras lagi untuk adu klaim dengan negeri Jiran tersebut. pasalnya beberapa jenis makanan yang mereka klaim (sesuai daftar di bawah ini) sebenarnya justru merupakan makanan yang sudah menjadi santapan warisan Indonesia. Sekarang benar-benar patut dipertanyakan, sebenarnya bagaimana kegetolan pemerintah menjaga warisan budaya bangsa secara prosedural? Jangan sampai kita hanya bisa berseru "ganyang Malaysia!" sementara tidak ada bukti jelas mengenai klaim kita, istilahnya tong kosong nyaring bunyinya.
Selain itu, memang kita sebagai warga Indonesia mesti berjuang dan setidaknya tidak cuek bebek dengan klaim Malaysia tersebut. sehingga bagi mereka yang memang mengerti asal usul masakan yang diyakini "uasli Indonesia" semestinya bergerak cepat. Jangan sampai kalah perang cuy!






Ini Daftarnya 99 jenis makanan yang diklaim asli Malaysia  yang diperbaharui/update pada tanggal 17 Juni 2009:

  1. Nasi lemak
  2. Nasi ayam
  3. Nasi Kunyit (pulut kuning)
  4. Nasi Tumpang
  5. Nasi Kerabu
  6. Nasi Dagang
  7. Nasi Himpit
  8. Nasi Goreng Kampung
  9. Nasi Ulam
  10. Ketupat
  11. Lemang
  12. Pulut Kukus Periuk Kera
  13. Mee Mamak
  14. Laksa
  15. Mee Kari
  16. Char Kuay Teow Pulau Pinang
  17. Laksa Johor
  18. Mee Siam
  19. Bubur Pedas Sarawak
  20. Bubur As-Sura
  21. Bubur Sum Sum
  22. Bubur Kacang Hijau
  23. Sagu Gula Melaka
  24. Kuih Bingka Ubi
  25. Rendang
  26. Serunding
  27. Ayam Percik
  28. Manoh Pansoh
  29. Masak Ayam Pedas
  30. Gulai Tempoyak Ikan Patin
  31. Ikan Bakar
  32. Ikan Panggang Tanah Liat
  33. Gulai Lemak Umbut
  34. Gulai Lemak Cili Padi
  35. Gulai Asam Rom
  36. Kari Kepala Ikan
  37. Kurma Daging/Ayam
  38. Pajeri
  39. Masak Ikan dan Pisang Dalam Buluh
  40. Yong Tau Foo
  41. Daging Dendeng
  42. Ayam Panggang
  43. Botok-Botok Ikan
  44. Sambal Tumis
  45. Chili Crab
  46. Tek Tarik
  47. Cendol
  48. Air Batu Campur
  49. Air Kelapa
  50. Air Selasih
  51. Hinava/Umai
  52. Pekasam
  53. Tempoyak
  54. Otak-otak
  55. Sambal Belacan
  56. Cencaluk
  57. Sambal Gesek Ikan Bilis
  58. Sate/Satay
  59. Yee Sang
  60. Sata
  61. Telur Pindang
  62. Kerabu Mangga Muda
  63. Acar
  64. Kuih Koci
  65. Akok
  66. Kuih Seri Muka
  67. Kuih Cara
  68. Kuing Bingka
  69. Kuih Bakul
  70. Kuih Bulan
  71. Kuih Cincin
  72. Kuih Bakar
  73. Kuih Sepit
  74. Apam Balik
  75. Pisang Goreng
  76. Keropok
  77. Opok-opok
  78. Karipap
  79. Buah Melaka atau Ondeh-ondeh
  80. Lempeng
  81. bahulu
  82. Dodol
  83. Lempuk Durian
  84. Wajik
  85. Seri Kaya
  86. Halwa
  87. Agar-agar
  88. Pulut Panggang
  89. Tapai
  90. Masalodeh
  91. Putu Mayam
  92. Maruku
  93. Roti Jala
  94. Roti Canai
  95. Tosai
  96. Penderam
  97. Kuih Lopis
  98. Laddu
  99. Ubi Kayu 

Tuesday, March 10, 2009

aneh...

hampir selama enam bulan hidup di Malang aku nggak pernah keluapaan rasanya satu kata itu

soalnya hampir bisa dikatakan sangat sering aku merasakannya

terutama kalau masalah budaya

emangnya budaya Kalimantan sama Jawa beda banget ya?

iya sih, bisa dibilang begitu...

Pertama soal logat...aku jelas nggak medok Jawa, jadi kadang masih suka lucu kalau ada temenku presentasi di kesal dan medoknya kelihatan banget. Mereka juga ngakunya berpikiran sama. Bahasaku yang lebih lugas bahkan nadanya agak tegas membuat mereka ngerasa cukup aneh dengan itu. duh, gimana kalau kita di luar negeri ya yang beda bahasa luar dalam???

wong beda pulau aja rasanya seperti ketemu bahasa baru. Kalau dipikir-pikir itulah bukti kekayaan Indonesia! tsah...

kedua, selain logat aku juga sering mengucapkan kata-kata yang bagi teman-temanku orang luar Kalimantan lucu. Misalnya sering menyebut "kah?" diakhir pertanyaan. Kalau anak Malang biasanya nyebutnya "tah?" atau "...a?" Terus suka nyebut "..na..." misalnya bilang "yang itu!" aku bilangnya, "itu na..." Begitulah. Selain itu aku juga sering diprotes temanku anak Jakarta kalau aku menyebut "kami" nggak ngerti juga kenapa, tapi menurut dia sih yang benar nyebutnya "kita". Misalnya dalam kata "Kami masuk kelas B" menurut dia harusnya disebut "kita masuk kelas B" alah, nggak ngerti. Tapi lucunya, aku juga mulai ketularan logat anak sini (Malang dan sekitarnya) suka ngomong "rek!"

itu sih soal bahasa...

masih banyak keadaan unik yang patut untuk diceritakan tapi yah..begitulah

ntar..ntar lebih seru sepertinya! 

BRUKKKK…
 Tumpukan kertas itu begitu saja dibanting menghantam meja tepat di depan mata Gusto. Gusto sempat terlonjak beberapa senti dari kursi tempatnya duduk saking kaget menerima respon tersebut. Terlebih lagi dua mata dihadapannya, di sela kacamata tebal dan pasti cukup berat itu, menatap tajam ke arah wajah Gusto yang memang sudah kucel karena faktor aura ruangan benar-benar tidak nyaman. Pengap, dikelilingi buku-buku tebal yang tampaknya sudah jadi koleksi lama yang tersusun rapi pada rak-rak setinggi tiga per empat dinding. Ditambah lagi suplai cahanya yang hanya temaram dari sebuah jendela kecil, itu pun sebagian sisinya sudah terhalang rak buku ensiklopedi tadi.
 Gusto mengutuk diri atas keberadaannya di ruangan itu. Juga mengutuk diri atas proposal pengajuan tugas akhir yang lagi-lagi mendapat sambutan dingin dari dosen pembimbingnya, Bapak. Prof. Dr. Suwonyo, S.Sos. M.Si. 
 “Ini sudah kali ke tiga anda mengajukan proposal,” kata Profesor Suwonyo membuka pembicaraan paling menjatuhkan, paling tidak mengenakkan, paling segalanya yang jelek-jelek seumur hidup Gusto. “Saya merasa anda tidak benar-benar serius melaksanakan tugas akhir ini, proposal yang anda ajukan benar-benar mentah! Tak berisi!”
 Gusto meredam dalam-dalam keinginannya untuk berargumen. Ia tak mau akhir konsultasi ini sama buruknya seperti dua pembicaraan sebelumnya hanya karena sikap terpendamnya yang tidak pernah mau kalah dan dianggap salah.
 “Semestinya di tahun ke tujuh ini, anda sudah bisa memikirkan dengan baik tentang tugas akhir anda. You lost your time. Anda hanya akan menjadi salah satu bagian dari jutaan manusia bergelar yang tak punya kontribusi apa-apa. Skripsi bukan hal yang main-main, asal anda tau. Kalau anda hanya ingin mendapatkan kerja, anda tidak perlu menghabiskan tujuh tahun anda di universitas ini,” Profesor Suwonyo berkomentar.
 Gusto sadar betul kalimat tadi adalah sindiran telak baginya. Ia memang menyandang gelar mahasiswa abadi selama ini. Sudah banyak orang yang mempertanyakan kapan hari wisudanya, terlebih lagi keluarganya di Samarinda. Tujuh tahun selepas SMA di tanah rantau, bukan semata-mata ia tujukan untuk menuntut ilmu. Ia malah lebih tertarik mencari penghidupan di kota metropolitan ini. 
Dan ia salah besar. Pekerjaan telah membuatnya lupa akan keasyikan kuliah. Inilah hasilnya, sebentar lagi, hampir tujuh tahun waktu ia habiskan sebagai mahasiswa Universitas Indonesia. Status yang sangat baik di pandangan masyarakat, apalagi masyarakat kampung halamannya. Namun, terlalu lama status itu disandang, juga tidak mengenakkan sepertinya.
“Saya harus bagaimana, Pak? Untuk itulah saya berkonsultasi kepada Bapak. Inilah hasil terbaik yang saya bisa, saya juga bukan orang bodoh yang ingin selamanya menjadi mahasiswa. Lagipula…” Gusto buka suara. “Saya yakin Bapak juga sudah cukup bosan menunggu saya memakai toga, bukan?” 
“Sangat bosan!” tandas Profesor Suwonyo. Gusto bungkam. Ternyata gurauannya untuk sedikit mencairkan suasana barusan gatot alias gagal total. Profesor Suwonyo masih seperti mayat hidup yang kaku. Sayangnya, mungkin dulu, dia kaku pada saat yang tidak tepat, saat wajahnya sedang malas tersenyum hingga terlihat begitu menakutkan seperti sekarang.
“Ambil itu, saya masih memberi anda satu kesempatan lagi untuk mengajukan proposal. Jika hasilnya masih sama, saya tidak bisa jamin anda benar-benar bisa memakai toga di universitas ini,” ucap Profesor Suwonyo sembari memicingkan mata sekilas ke arah tumpukan proposal pengajuan tugas akhir ketiga Gusto.
Wajah Gusto memerah, bukan karena marah, tapi karena ancaman barusan sangat mengusik hati nuraninya sebagai penuntut ilmu. Gusto sungguh tidak ingin waktu tujuh tahunnya berlalu sia-sia dan malah menghasilkan status drop out. Apa kata dunia?
“Saya tidak mengerti opini Bapak. Saya rasa, proposal ini sudah sangat menarik. Bahkan belum pernah dibahas di jurnal mana pun. Ini adalah rencana yang sudah sangat matang saya pikirkan. Apa kesalahan proposal ini? Ini hanya kerangka pikiran, gambaran kasar, tentu belum terlalu matang karena saya belum melaksanakan observasi langsung,” Gusto mulai panas tiba-tiba. Ia ingin mengadu argumen dengan pria berumur 63 tahun itu. 
Sebenarnya, tidak salah kalau Gusto menganggap proposalnya sudah memenuhi syarat. Gusto bukan mahasiswa bernalar rendah untuk menghasilkan karya yang bermutu. Ia sungguh tidak habis pikir. Ia sudah malas memutar otak lagi hanya untuk memenuhi kemauan Profesor di hadapannya ini. 
“Temui saya minggu depan,” ucap Profesor Suwonyo pendek.
Gusto mendelik. Hampir saja amarahnya memuncah kalau tadi dia tidak ingat ayahnya (yang notabene hanya berbeda usia sedikit lebih muda dari Profesor itu). Gusto hanya mengulum kata-katanya dalam perangkap dua bibirnya yang ia cegah untuk dibuka. Kepalan tangannya yang tanpa sadar menguat juga belum seratus persen bisa menurunkan kejengkelannya.
“Saya tunggu Kamis siang, di sini.”
Titik. Usiran halus yang membuat Gusto makin panas dingin. Gusto mengambil proposal tugas akhir buatannya dengan kasar, lantas segera berdiri, bersiap untuk segera keluar.
“Permisi Pak, terima kasih,” ujarnya tidak selembut biasa terhadap dosen. 
Profesor Suwonyo mengawasi gerak mahasiswa asuhannya itu hingga tubuh Gusto telah benar-benar tak terlihat dibalik pintu. Ia lantas mengambil sebuah map dari tumpukan arsipnya yang tak tertata rapi. Sejenak, ia membolak-balik lembaran-lembaran di dalam map itu, lantas memperhatikan dengan seksama ketika pandangannya menemukan data yang ia cari.
Data itu tentang prestasi akademik seorang mahasiswa bernama Agusto Meridian Noor. Seorang mahasiswa yang bertemu dengannya beberapa waktu dulu di kelas. Mahasiswa yang sebenarnya ia anggap berpotensi, dan memiliki pemikiran yang ia sukai.
Ia sangat suka ketika di kelas, Agusto memulai perdebatan tentang apa pun yang menjadi topik kuliah. Ia seperti manusia kehausan ilmu. Tak pernah berhenti bertanya dan menggugat sebelum ia berhasil menemukan kepuasan, membuat dosen gelabakan menalar pertanyaan, atau membuat kelas menggantung hingga jam kuliah habis hanya untuk meladeni sikap kritisnya.
Anak rantau dari Kalimantan itu, telah menggores kesan baik sebagai warga pendatang di pandangan Profesor Suwonyo. Membuat sang profesor meyakini kualitas manusia pulau di luar Jawa juga tidak bisa diremehkan. Masih mungkin dibandingkan dengan keunggulan daerah yang lebih maju seperti Jakarta.
Namun, kekaguman itu hanya bertahan selama dua tahun awal. Pada tahun-tahun berikutnya, mahasiswa cerdas itu seperti menghilang dan langka menyetor muka di kampus. Beberapa kabar menyebutkan, anak muda itu telah berhasil memperoleh pundi kehidupan yang lumayan, sehingga ia lebih mementingkan bertahan hidup ketimbang kuliah.
Sampai beberapa bulan yang lalu, Profesor Suwonyo cukup kaget melihat wajah lama itu kembali muncul di kampus. Terlebih lagi mendengar bahwa ia berniat menyelesaikan kuliahnya yang telah menggantung selama dua tahun ke belakang. Ia merasa tertantang, untuk sekali lagi melihat kecerdasan anak rantau itu. Dan sekarang, anak itu telah berada dalam genggamannya. Tak mungkin ia lepaskan semangat berilmu yang dulu itu. Ia akan mencari lagi, ia coba sekali lagi.

₪ ₪ ₪